Pendahuluan: Tiket First Class Khilaf dari Garuda
Garuda Indonesia Bombardier CRJ-1000: Jogja - Denpasar, Bali Economy Class Flight Review
BnB Style Hotel Seminyak Bali Review
Garuda Indonesia First Class Denpasar Narita Before Flight
Garuda Indonesia First Class Denpasar Ground Service And Lounge Review
Garuda Indonesia First Class Denpasar Narita Flight Review
Sakura Hotel Jimbocho Review
Juyoh Hotel Review
APA Hotel Tsukiji Review
Hyatt Regency Tokyo Review
TIAT Lounge Annex Haneda Airport Tokyo Review
Garuda Indonesia Haneda – Jakarta Business Class Review
J Hotel Soekarno Hatta Review
Garuda Indonesia Jakarta – Yogyakarta Business Class Review
“Walaupun di samakan tarifnya, taksi biasa tetep akan tamat
mas…”
Dengan nada datar Pak tua sopir taksi menjawab pertanyaan saya mengenai
persaingan bisnis taksi dengan adanya taksi online. Hujan yang lumayan deras
memaksa saya untuk naik taksi menuju bandara. Perjalanan menuju bandara lancar
bahkan cenderung sepi. Sudah lama saya tidak berangkat dari terminal A Adisucipto,
terbiasa melalui terminal B dengan Air Asia.
Begitu sampai saya ingin ngelounge di bagian luar bandara,
tidak usah masuk ke dalam ruang utama bandara, tapi ternyata pengelola lounge
sudah ganti dari Blue Sky ke Concordia sehingga saya terpaksa masuk ke dalam
bandara karena kartu kredit saya tidak ada yang eligible.
Konter check in yang sepi |
Saya sendiri sudah melakukan web checkin sehingga hanya
perlu untuk mencetak boarding pass. Konter Check in garuda juga sepi bahkan
saya tanpa ngantri sama sekali dan proses cetak boarding pass saya juga lancar.
Hanya saja untuk masuk ruang boarding antrian mengular, hal ini di karenakan
hanya di buka satu pintu pemeriksaaan x ray karena mesin yang satu sedang
rusak.
Antrian mengular menuju boarding room |
Selesai pemeriksaan x ray saya gak pake lama langsung menuju
ke Borobudur lounge. Lounge yang sudah cukup tua dengan food spread yang
alakadarnya. Keistimewaan lounge ini adalah adanya pemandangan langsung ke
Tarmac.
Pemandangan landasan dari dalam Borobudur Lounge |
Di karenakan hujan maka penerbangan saya terlambat 30 menit.
Sehingga membuat saya menambah beberapa gorengan yang keras ketika di gigit.
Secara umum Borobudur lounge ini menjadi pilihan saya karena tidak ada pilihan
lain di dalam ruang boarding.
Bombardier CRJ1000 sudah siap di landasan |
“Mas ke Bali?” tanya staff Garuda di dekat gate sambil
melihat koper kabin yang saya bawa yang saya jawab dengan anggukan kepala.
Kemudian staff tersebut memasang semacam tali dengan kertas berwarna pink
berisi kode di koper saya. Pesawat yang saya tumpangi kali ini merupakan
pesawat kecil, Bombardier CRJ-1000 sehingga koper kabin saya tidak akan muat di
taruh di overhead compartment. Saya cukup excited dengan penerbangan kali ini, karena merupakan pengalaman pertama saya menaiki pesawat jenis ini.
Tag khusus |
Untungnya hujan sudah berhenti ketika pesawat sudah masuk
boarding meskipun penumpang mesti berjalan dulu melewati aspal bandara yang
masih basah. Bentuk pesawat Bombardier CRJ1000 ini ramping dan sangat
futuristic, cantik! Tapi sayangnya karena malam sehingga saya tidak sempat
mengabadikan kecantikannya. Sebelum sampai ke pesawat, koper saya tinggal di
depan tangga pintu masuk. Pesawat ini mempunyai konfigurasi kursi 2-2 dengan 12
kursi kelas bisnis dan sisanya adalah kelas ekonomi. Hanya mempunyai satu pintu
masuk atau keluar sehingga saya yang mendapatkan nomor kursi 41 perlu berjalan dari ujung ke
ujung pesawat.
legroom yang cukup sempit |
Isi kantong |
Kesan pertama pesawat ini tidak cocok untuk orang dengan
perawakan tinggi besar. Overhead compartment juga sempit hanya muat daily bag.
Kursinya sendiri cukup empuk walaupun leg room nya tidak terlalu luas. Ketika
berdiri dari kursi juga mesti hari-hati karena jarak yang dekat dengan overhead
compartment, kurang waspada kejedot imbalannya.
Bagaimana dengan toilet? Keuntungan duduk di kursi belakang
adalah dekat dengan toilet. Toiletnya cukup bersih walau juga berukuran sempit.
Untuk Jogja Denpasar di hidangkan snack kacang dan roti untuk minumnya saya memilih OJ alias Orange Juice.
Turun dari pesawat saya langsung mengambil koper saya dengan
menunjukkan potongan kertas pink kepada petugas dan bergegas ke luar area
bandara. Saya sendiri sudah memesan Uber dengan pertimbangan ada promo free
ride dari Standard Chartered tapi sopir tidak ada kabar sama sekali, saya
telpon tidak di angkat dan baru di balas setelah saya sms dengan minta saya
cancel. Sopir tersebut beralasan tidak boleh masuk area bandara.
Tapi saya tidak cancel dan saya ganti dengan aplikasi grab.
Di sini sopir grab meminta saya berjalan kearah keberangkatan dengan
menyebutkan ciri2 pakaian saya. Enaknya grab adalah ada fasilitas chatting di
aplikasinya. Kemudian setelah sampai di keberangkatan sopir grab menyapa saya
seolah teman lama. Akibat pertempuran antara taksi online dengan angkutan local
maka para sopir taksi online sampai perlu sedikit menyamar dengan seolah-olah
calon penumpang adalah teman / rekanan bisnisnya. Sepanjang perjalanan menuju
hotel saya juga banyak di ceritain pertempuran tersebut.
Kesimpulan
Garuda CRJ-1000 ini cukup oke untuk penerbangan di bawah 1
jam. Untuk rute Jogja Bali menurut saya lebih nyaman dengan menggunakan
B737-800. Bombardier CRJ1000 tidak cocok untuk penumpang yang berbadan besar dan
atau phobia ruang sempit.
Ada yang pernah juga naik pesawat Garuda bombardier CRJ1000?
Bagaimana pengalaman kalian?
Pernah naik Bombardier Garuda rute Banjarmasin Surabaya beberapa tahun lalu. Nyaman menurut saya, seperti naik pesawat pribadi.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPernh ikt rute sub - mkw..krg pas utk route panjg..tp pelayanan tetap bgs sama dg jenis yg lain,tepat wkt,tingkat keamanan jg ok..itu yg terpentg..semoga terus maju ..
BalasHapusmantap
Hapus